![]() |
Erwiana sebelum berangkat ke Hong Kong |
Asal: Ngawi
Lahir pada 7 Januari 1991
Nomer passport: AS 321825
8 bulan bekerja di majikan bernama LAW WAN TUNG
beralamat di: Flat J 38 /F BLK 5 Beverly Garden 1 Tong Ming Street Tsueng Kwan O, Kowloon, HK
Erwiana diberangkatkan oleh P.T. GRAHA AYU KARSA Tangerang. Dan agen di Hong Kong Chans Asia Recruitment Centre.
Tulisan ini berdasarkan cerita Rian yang kebetulan hendak cuti ke Indonesia dan bareng Erwiana.
Tanggal 9 Januari 2014
Ketika aku sampai di bandara CHEK LAP KOK, HONG KONG, aku melihat ada seorang mbak-mbak, BMI (BMI=TKW) juga. Tapi kok wajahnya lebam dan jari tangannya juga bengkak menghitam? Lalu ku tanya: "Namamu siapa mbak?"
“Erwiana,” jawabnya.
Aku : "Lhoh mbak, kenapa wajah dan tanganmu seperti itu?"
Erwiana : "Ahh nggak papa kok, Mbak. Ini cuma alergi kena air dingin."
Aku : "Ahh massa sih alergi air dingin sebegitunya? Kok kayak ada luka gitu lo. Mbak di wajahmu juga lebam."
Erna : "Enggaklah, nggak apa-apa kok." (Erwiana diam dan menunduk sambil memainkan jarinya yang menghitam itu)
Aku : "Memangnya kenapa sih, Mbak? Apakah kamu dipukul oleh majikanmu?" (aku setengah memaksa dia untuk mengakui apa sih yang sebenarnya terjadi dengan dirinya?)
Erwiana : "Ora papa, Mbak." (Lagi-lagi dia menunduk)
Aku : "Kamu asal mana?"
Erwiana: "Ngawi, Mbak."
Aku : "Lhoh, ya sama. Aku dari Magetan, berarti kita tetangga dekat lo."
Erwiana: "Oh iya, Mbak.”
Terdengar suara peringatan kepada seluruh penumpang pesawat agar segera masuk ke Gate 31.
Aku: "Ayok masuk, dah ada peringatan tuh.”
Erwiana: "Aku ewangana, Mbak. Aku gak bisa bawa tasku."
Aku : "Lhoh tadi katamu gak apa-apa? Lha kok? Sebenarnya kenapa sih mbak kamu nih?" (Aku jengkel karena ditanya gak ngaku-ngaku)
![]() |
Erwiana di bandara Hong Kong |
”Erwiana: "Aku gak boleh ngobrol dengan orang Indonesia atau pun melapor ke Polisi tentang kejadian ini.” (tangan Erwiana terlihat gemetar)
Aku: "Hahhh..??!!”(aku kaget dan menyayangkan banget, kenapa disiksa separah itu kok diam saja? Kenapa??)
Karena waktu sudah mepet dan kami pun harus segera masuk pesawat, maka aku gandeng dia untuk jalan. Namun alangkah kagetnya aku, ternyata dia juga susah jalan jadi aku harus memapah dia. Semua bawaanku kutaruh di kereta barang. Aku sudah menawarkan untuk lapor polisi, dia gak mau dan ngeyel gak mau.
Akhirnya kami tiba di depan gate masuk Imigrasi.
Beberapa petugas bertanya pada Erwiana: "Kamu kenapa?" Dan aku yang jawab, kujelaskan bahwa dia telah dianiaya majikanya. Petugas tersebut seketika langsung menyarankan untuk lapor polisi dan lagi-lagi Erwiana menolak dengan alasan ingin segera pulang bertemu keluarga di kampung. Akhirnya walaupun banyak orang menyarankannya lapor polisi tapi dianya nggak mau, ya sudah tentu pihak imigrasipun tidak bisa memaksa seseorang untuk melaporkan kasusnya.
Sampai di dalam pesawat aku bersusah payah untuk memapahnya dan barangku dibawakan teman yang lain. Oh ya, Erwiana juga tidak mau dipapah teman lainnya selain aku. Di barisan tempat dudukku juga Erwiana ada orang asing dan dia melihat kondisi fisik Erwiana yang begitu. Penumpang asing itu minta pindah tempat duduk yang kebetulan ada yang masih kosong. Mungkin orang itu takut melihat tangan Erwiana yang seperti penyakit apa gak tau.
Di dalam pesawat Erwiana tertidur, mungkin saking capeknya. Beberapa kali dia terlelap. Beberapa kali juga dia mengigau. Dalam igauanya dia berteriak ketakutan, capek dan banyak lagi. Saat dia tidak tidur, aku coba ajak dia untuk bicara mengenai kondisi dia di majikan hingga dia teraniaya.
Er..kutatap wajahnya saat ia tertidur lagi..
(kasihan banget kau Er, wajah ayumu kini berubah lebam, majikanmu hanya memberi satu lembar uang seratus dolar, umurmu yang masih muda juga harus dituakan tiga tahun. Aku menerawang sedih.
Erwiana terbang ke Hong Kong pada Tanggal 13 May 2013. Dia juga harus membayar potongan Agen selama 6/7 bulan. Sejak awal dia bekerja, Erwiana sudah mulai dipukul oleh majikannya menggunakan hanger atau apa saja yang ada di depan majikannya. Lalu pada saat dia sudah bekerja satu bulan dia sempat lari ke bawah rumah telpon pihak PJTKI di Indonesia. Erwiana laporan bahwa dia mengalami penganiayaan fisik dan tiap hari dimarahi oleh majikannya. Erwiana gak kuat dan gak tahu harus bagaimana. Lalu pihak PJTKI segera menghubungi agen yang ada di Hong Kong. Tak berapa lama agen datang ke bawah rumah majikan Erwiana menemui Erwiana yang masih di bawah rumah. Selanjutnya, pihak agen mengantar Erwiana kembali ke rumah majikan karena Erwiana belum habis masa potongan gaji.
Erwiana yang masih baru, tidak tahu harus kemana dan tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan. Dengan bujuk agen, Erwiana terpaksa kembali ke majikan lagi. Dalam bekerja sehari-harinya Erwiana selalu mendapat perlakuan tidak baik dari majikannya. Dia juga kurang makan dan kurang tidur. Hingga pada kondisi yang kritis, tepatnya tiga hari sebelum dipulangkan, Erwiana mengeluh sakit dan lemah. Lalu majikannya menyuruhnya untuk tidur istirahat. Ketika mandi, Erwiana juga dimandikan oleh majikan perempuannya dengan alasan kalau Erwiana mandi sendiri nggak bersih.
Akhirnya pesawat landing di bandara Indonesia. Aku segera memapah Erwiana, ketika dia berasa ingin buang air kecil, segera ku antar ke toilet. Dan alangkah terkejutnya aku, ternyata Erwiana sudah dipakek i Pampers! Ohhh ya Alloh… Betapa tersiksanya dirimu wahai saudaraku. Aku hanya bisa berucap dalam hati, ingin sekali aku menangis, menjerit, agar apa yang kurasakan dongkol dalam hati ini berkurang, tapi ku tahan. Aku tak ingin terlihat sedih di depan Erwiana.
Dari bandara aku mengantarkan Erwiana sampai rumahnya di Ngawi. Di halaman depan rumahnya Taxi yang kami tumpangi berhenti. Keluarganya yang tidak tahu dia akan pulang hari itu kaget. Apalagi ketika melihat kondisi fisik Erwiana yang mukanya lebam dan harus dibopong masuk ke rumah. Spontan keluarga dan tetangga yang di situ menangis histeris.
Sampai di dalam rumah, Erwiana ditidurkan. Sebenarnya aku sudah penasaran sejak dari Hong Kong, kok kakinya gak bisa buat jalan itu kenapa? Tapi Erwiana menutupi dan tidak mau memberitahuku. Dalam kondisi yang pada menangisi keadaan Er, aku terus bersabar, aku harus kuat, aku harus tatak di hadapan banyak orang. Aku gak ingin menangis meskipun batinku menjerit dan airmataku begitu ingin mengalir.




Dan akhirnya akupun memberanikan diri untuk melihat kondisi kakinya. Duh Gustiiiiii… Ampunilah dosa hambamu yang lemah iniiiii…(ku berdoa dalam hati). Kedua kakinya diperban dan aku tidak tahu luka apa ini. Bekas siraman.air panaskah? Atau bekas apa? Ya Allah... begini parahnya. Aku mencium aroma yang tidak sedap dari kedua kaki Erwiana namum tak sedikitpun aku merasa jijik atau bagaimana. Aku tetap melepas perban-perban yang menempel di luka Erwiana dan menggantikan dengan yang baru.
Kondisi Erwiana sangat lemah dan masih butuh perawatan extra. Saat ini Erwiana sudah dibawa ke Rumah Sakit setempat untuk perawatan.
Kawan-kawan semua, itu tadi kisah saudara kita yang foto-fotonya sudah ramai dibicarakan di FB sejak semalam, dan untuk kekurangan nama tempat atau alamat, saya pribadi memang belum mendapatkan dari pihak keluarga. Dan perlu kawan- kawan ketahui, saat ini Erwiana juga sudah ada pihak di Indonesia yang siap mendampingi untuk menuntut haknya.
************
Copas dari blog kawan, Fendy .